Ngopi Pagi di Pasar Tradisional, Cara Santai Prof. Udin Dengarkan Suara Masyarakat

Babelinfonews.com, Pangkalpinang – Suasana hangat menyelimuti salah satu sudut Pasar Pagi Pangkalpinang, Minggu pagi (29/6/2025). Di tengah keramaian pasar yang dipenuhi aroma rempah dan teriakan tawar-menawar pedagang, tampak sosok bakal calon Wali Kota Pangkalpinang, Prof. Safarudin—akrab disapa Prof. Udin—duduk santai di sebuah warung kopi sederhana.

Dengan balutan baju koko putih dan peci hitam yang khas, Prof. Udin menyeruput kopi hitam sembari berbincang hangat bersama para pedagang dan pengunjung pasar. Momen santai itu ternyata bukan sekadar agenda politik, melainkan bagian dari kebiasaan Prof. Udin menyambangi ruang-ruang publik untuk menyerap aspirasi masyarakat secara langsung.

Bacaan Lainnya

Ngopi itu bukan cuma soal minum kopi. Ini cara kita menyapa warga, mendengar cerita mereka tanpa jarak,” ujar Prof. Udin kepada awak media.

Kehadiran Prof. Udin pagi itu disambut ramah oleh warga. Banyak pedagang yang tampak antusias menyampaikan keluh kesah seputar harga kebutuhan pokok, infrastruktur pasar, hingga akses modal usaha. Semua ditanggapi dengan telinga terbuka dan senyuman oleh Prof. Udin.

Warung kopi, yang sering dianggap ruang perbincangan santai, justru menjadi arena dialog efektif antara pemimpin dan rakyat. Suasana informal membuat warga merasa lebih leluasa menyampaikan uneg-uneg mereka tanpa tekanan formalitas.

Lewat cara-cara kecil seperti ini, saya percaya bahwa mendengar tak harus selalu dilakukan di ruang rapat. Cukup duduk ngopi dan hadir bersama warga, itu sudah sangat berarti,” tambahnya.

Langkah ini pun mendapat apresiasi dari warga sekitar yang menilai bahwa pendekatan Prof. Udin terasa tulus dan membumi. Tanpa sekat, tanpa mikrofon, dan tanpa podium, komunikasi dua arah tercipta begitu natural.

Dengan mengedepankan pendekatan humanis, Prof. Udin ingin menunjukkan bahwa seorang pemimpin seharusnya dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Ngopi pagi di pasar menjadi simbol dari keterbukaan, kepedulian, dan kehadiran yang nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *